A. SEJRAH BERDIRI
Pondok Pesantren Nurul Cholil didirikan pada tahun 1957 oleh KH. Muntashor. Pada awalnya, Pondok Pesantren Nurul Cholil hanyalah berupa sebuah musholla kecil berukuran 4x4m2, yang lalu diperluas menjadi 8x12 m2. Bangunan ini lalu dipecah menjadi empat bilik, yang tentu saja kecil-kecil. Saking kecilnya tempat tersebut oleh Ibu Nyai Nadzifah Binti KH. Imron Kholil disebut "Cangkruk" -tempat kecil untuk beristirahat dan berfikir.
Dimulai dengan seorang santri mukim pertama yang bernama syafi'i, Pondok Pesanten Nurul Cholil terus mendapatkan kepercayaan masyarakat. Puluhan bahkan ratusan orang tua menitipkan anaknya untuk dididik di Pondok Pesanten Nurul Cholil. Agar istilah cangkruk tidak dibicarakan orang lagi, saat itu orang sering menyebut Pondok Pesanten Nurul Cholil dengan sebutan Pondok Barat (Pondhuk jubara': Madura). Santri terus bertamabah sampai bilik-bilikpun terus ditambah sampai mencapai 23 bilik.
Pada saat-saat seperti itulah, lalu tiba-tiba semua santri dikejutkan dengan wafatnya Pendiri sekaligus pengasuh pertama Pondok Pesanten Nurul Cholil yakni KH. Muntashor Muhammad. Meskipun berurai air mata duka, seluruh insan pesantren sadar bahwa perjuangan dakwah melalui pesantren harus terus dilanjutakan. Maka pada tahun kejadian tersebut, tahun 1977 kepemimpinan Pondok Pesantren dipangku oleh putra tunggal KH. Muntashor Muhammad yakni KH. Zubair Muntashor dan sampai kini masih tetap memangku pondok pesantren tersebut.
Dibawah kepemimpinan KH. Zubair Muntashor Pondok Pesanten Nurul Cholil terus berbenah. Dengan tetap berpegang pada model salaf yang berciri khas pada pengkajian intensif kitab kuning (klasik), sistem belajar yang dibagi menjadi dua yakni model bagongan (Klasikal) dan sorongan (privat) dengan gaya monologis, dan juga mulai diterapkan gaya dialogis.
Gaya monologis dipandu ole Pengasuh dan Ustadz senior, sedangkan gaya dialogis dipandu oleh para Ustadz dengan kelompok yang lebih terbatas disesuaikan dengan tingkat kemampuan santri. Dengan cara demikian maka diharapakan para sanri bisa membaca dan memahami kitan kuning baik secara tekstual maupun kontekstua. Lebih jauh, karena nantinya akan terjun ke masyarakat, hasil pemahamannya bisa diaktualisasikan di tengah masyarakat.
Namun setingkat ini, Pondok Pesantren Nurul Cholil masih sebatas menampung santri putra. Baru pada tahun 1986 Pondok Pesantren Nurul Cholil mulai mendirikan Pesantren Putri secara khusus. Hal ini sesuai dengan pandangan pengasuh tetntang penting pendidikan agama untuk kaum wanita. Hal demikian juga sejalan dengan antusiasme masyarakat, yang mulai sadar betapa pentingnya ilmu agama. Tidak hanya untuk kaum laki-laki, tetapi juga kaum wanita.
Tahun 1987, adalah tahun penting bagi perjalanan Pondok Pesantren Nurul Cholil selanjutnya. Betapa tidak, sejak tahun itu mulai diterapkan struktur kepengurusan Pondok Pesantren sesuai manajemen organisasi modern. Mengingat jumlah santri yang terus bertambah pemebenahan demi pembenahan terus dulakukan. Sarana dan prasarana terus bertamabah , unit demi unit pun bermunculan satu demi satu. Bilik-bilik kecil dimasa lalau sudah banyak berganti dengan gedung-gedung tinggi berlantai tiga atau empat.
Sejak tahun 1998 sampai sekarang, berturut-turut unit organisasi dibawah Pondok Pesantren Nurul Cholil masing-masing memantapkan eksistensnya. Dimulai dengan unti pendidikan formal yang bernama Madrasah Asrorul Cholil, yang menampung siswa-siswa Tsanawiyah sampai Aliyah seolah semaikn memperkaya Pondok Pesantren Nurul Cholil yang sejak dulu sudah eksis dengan Madrasah Diniyahnya.
Pengasuh
KH. Muntashor Muhammad
KH. Zubair Muntashor
B. PROGRAM PENDIDIKAN
Pendidikan Formal meliputi:
Program Amtsilati
Madrasah Ibtidaiyah
Madrasah Tsanawiyah
Madrasah Aliyah
Pendidikan Non Formal
Forum Kajian Kitab Kuning
Majlis Musyawarah Mingguan & Bulanan (M3B)
Forum Musyawarah Kubra (FMK)
Biro Dan Lembaga
Lembaga Pengajaran Al-Qur'an (LPQ)
Jam'iyah Qurra' Wal Huffadz (JQWH)
Lembaga Pengembangan Bahasa Asing (LPBA) Arab & Inggris
Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI) Al-Muta'allimin
Jam'iyah Shalawat Anaasyidusshafa
Majlis Ta'lim, Dzikir Dan Shalawat Asrorul Musthofa
Kursus Komputer (Reguler, Privat & Teknisi)
Kelompok Bimbingan Haji (KBIH) Asshafa
Himpunan Santri & Alumni Nurul Cholil (HISAN)
Ikatan mahasiswa dan sarjana alumni Nurul Cholil (IMANC) sebagai badan otonum dari HISAN
Ekstrakurikuler
Tahsin dan Tahfidz
Tahassus Kitab Salafy
Seni Baca Alqu’ran
Khitobah 3 Bahasa
Hadroh
Praktek Ubudiyah
Pramuka
Beladiri
English Club
Komputer
Paskibra
Fasilitas
Gedung Sekolah
Pesantren
Ruang Guru dan Staff
Laboratorium Komputer dan Bahasa
Poskostren
Pembelajaran dilengkapi LCD Proyektor
Tempat Parkir
Internet dan Hotspot area
Lapangan Serbaguna
Aula
Perpustakaan
Kantin pondok pesantren
C. BIOGRAFI PENDRI
K.H. Muntashor
K.H muntashor adalah pendiri pp nurul cholil beliau adalah seorang ulama yang sangat suhud bahkan menurut cerita santri sepuh waktu saya masih aktif di pondok pesantren beliau kh muntashor kalau (alomampa madura red ) beliau tidak pernah menoleh ke kanan dan kiri beliau hanya menundukkan kepala saya dalam hal ini tidak bisa begitu banyak mengulas tentang pendiri pondok pesantren nurul cholil karna kurangnya informasi tentang beliau,Maka saya lebih memfokuskan tulisan ini pada putra beliau K.H. zubair muntashor.
KH ZABAIR MUNTASHOR
Kiyai Zubair adalah putra dari pasangan KH. Muntashor (Pendiri Pesantren Nurul Kholil) dan Ibu Nyai Hj. Nazhifah binti KH. Imron bin KH. Muhammad Cholil. yang lebih akrab dengan panggilan Kiyai Cholil Bangkalan atau Syaichona Moch. Cholil Bangkalan.Jadi, Kiai Zubairadalah cicit Syaichona Cholil.
Ibundanya KH. Zubair,Ibu Nyai Hj. Nadzifah adalah adik dari Ibu Nyai Hj. Romlah ibundanya Alm. KHS. Abdullah Schal. Jadi KH. Zubair adalah adik sepupu Alm. KHS. Abdullah Schal
Menurut cerita salah seorang santrinya, dulu Ibu Nyai Hj. Nazhifah sudah lama tidak mempunyai keturunan Maka, suatu ketika, KH. Muntashorbermunajat di Makkah.Ketika itulah KH. Muntashor mendapat sebutir gabah, yang kemudian diberikan kepada Ibu Nyai Hj. Nadzifah Alhamdulillah, tak berapa lama munajat KH. Muntashor di ijabah oleh ALLAH SWT. Ibu Nyai mengandung dan melahirkan seorang bayi laki laki yang tampan. Anak itu pun diberi nama "Zubair".
Zubair kecil diasuh dan dididik langsung oleh ayahnya, yang juga salah seorang kiai terpandang di kawasan Bangkalan, dalam lingkungan keagamaan yang kuat. Hingga saat berusia belasan, ia dikirim untuk belajar di Pondok Pesantren Sidogiri. Di pesantren tua ini, ia menghabiskan masa belajar selama tujuh tahun. Saya mondok selama tujuh tahun. Tapi dulu saya agak mbeling, nakal, kata kiyai Zubair suatu ketika. Semangat belajarnya saat itu memang tidak menggebu-gebu.
Namun ketika ayahandanya wafat, kiyai Zubair tersentak, dan menyadari bahwa dialah generasi penerus satu-satu ayahnya, karena ia anak semata wayang, yang harus melanjutkan estafet dakwah sang ayah, yang juga harus mengasuh ratusan santri di pesantren peninggalan ayahnya, Pondok Pesantren Nurul Cholil. Ia bingung, karena belum siap, terutama dari sisi ilmu. Maka, dengan semangat membara, yang dilandasi keikhlasan karena Allah, ia pun berusaha keras belajar dengan cara sorogan kepada beberapa kiai di Madura. Saya berusaha dengan ikhlas untuk belajar. Saya tidak ingin pondok peninggalan ayah mati begitu saja, katanya.
Menurut salah seorang santrinya, setelah sang ayah wafat sekitar tahun 1978, ia berusaha keras untuk belajar mendalami ilmu agama. Namun, di samping usaha yang keras itu, ia juga mendapat anugerah berupa ilmu laduni. Karena itu, tak mengherankan bila di usia yang terhitung muda, sekitar 30 tahun, Kiai Zubair sudah bisa merangkul jamaah majelis talim peninggalan ayahnya, yang di antara mereka ada kiai sepuh dan ustad.
Banyak kisah unik mengenai beliyau dengan santri - santrinya. Pernah suatu ketika, tahun 1998, salah seorang santrinya diperintahkan untuk ke Jakarta, tepatnya ke Krama Sentiong, Jakarta Pusat menggunakan mobil carry, cuma hanya dalam waktu 10 jam. Si santri tentu heran Mana mungkin Madura-Jakarta ditempuh dalam waktu 10 jam???
Tetapi Kiai Zubair memaksa, bahkan memarahi si santri. Maka, dengan membaca Bismillah, akhirnya si santri berangkat juga. Ajaibnyaaa, waktu yang ditempuh dari Madura-jakarta cuma delapan jam saja. Bukan 10 jam, Setelah kembali ke Madura, si santri diberi tahu oleh kakak sepupu KH. Zubair, (almarhum) KHS. Abdullah Schall. Jangan heran, itu adalah ilmu orang tua KH. Zubair yang diberikan kepada KH. Zubair, katanya.
Dalam menguji santrinya, KH. Zubair juga terkenal unik beliyau sering meminta sesuatu kepada santrinya,, padahal si santri masih tidak mampu secara materi. Secara nalar, permintaan itu tidak akan bisa dipenuhi. Tapi justru sebaliknya. Malah kehidupan si santri menjadi berkah berlipat- lipat dan Ini banyak dialami santri-santri KH. Zubair. Kedekatan dan kasih sayang KH. Zubair terhadap santri memang luar biasa. Hal ini sangat dirasakan oleh santri - santrinya, baik yang masih belajar maupun yang sudah menjadi alumni. Hubungan batin KH. Zubair dengan santri - santrinya ini terus terjalin, kendati si santri telah merantau ke negeri seberang. Terkadang, saking dekatnya, KH. Zubair sering mendapat firasat tentang keadaan mereka. Saya senantiasa memperhatikan mereka semua, walaupun mereka telah selesai nyantri. Semua itu saya lakukan karena saya ingin santri -santri saya menjadi manusia yang baik. Tidak harus menjadi ulama atau Ustadz semua. Jika menjadi pedagang, jadilah pedangang yang baik. Tidak menipu orang. Jika menjadi tukang becak pun, jadilah tukang becak yang baik. Kalau waktu shalat, ya shalat. Pokoknya saya berharap semua santri saya bertaqwa kepada Allah SWT, kata KH. Zubair.
Wallahu 'Alam Semoga Bermanfa'at
Pesan dari KH. Zubair bagi para alumninya :"Apabila kamu (para alumni Nurul Kholil) datang ke Acara Alumniannya Nurul Kholil itu berarti sama saja kamu telah datang kepada ku dan Berarti kalo para Alumni Syaichona Moch. Cholil datang / menghadiri ke acara Alumniannya Syaichona Moch. Cholil itu sama saja mereka datang kepada Syaichona Moch. Cholil..
Ditulis oleh Firman Mahasiswa STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Prodi PAI Semester II Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren.
Dosen Pengampu : Subaidi, S.Pd, M.Ag
0 komentar:
Posting Komentar