Minggu, 27 Juni 2021

Madrasah Diniyah Al-Ikhlasiyah Baeler Lombang Dajah Blega

Papan Nama Madrasah Al-Ikhlasiyah

A. Sejarah Berdiri

Awal berdirinya Madrasah Al Ikhlasiyah Baeler, Lombang dajah, Blega, Bangkalan, bermula pada saat lima orang santri yang belajar pada Agus Ali Muda’i yang pada saat itu pulang liburan pesantren karena beliau belum resmi boyong dari pesantren, sering kali beliau dipanggil oleh pihak pondok karena diperlukan bantuannya dalam mengurus pondok. Tambah lama jumlah santri yang mengaji pada beliau tambah banyak, sehingga beliau di beri restu oleh guru ngajinya yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al Khoiriyah Paterongan untuk terus mengajar.

Pada saat itu tempat kegiatan belajar mengajar belum berupa sekolah tetapi berupa langgar dikediaman beliau. Saat itu langgar beliau masih berupa langgar tempo dulu  yang dindingnya terbuat dari kayu triplek, dan karena belum mempunyai papan tulis maka dinding tersebutlah yang difungsikan sebagi papan tulis dalam kegiatan belajar mengajar. Hingga kemudian dinding tersebut belubang dan pindah ke dinding di sisi satunya dan akhirnya berlubang juga.

Kemudian lama ke lamaan seiring bertambahnya jumlah santri, maka tempat belajar dibagi menjadi tiga tempat, ada yang di langgar, di teras rumah, bahkan numpang di langgar milik bibik beliau. Dengan terus bertambahnya santri dan seringnya beliau di panggil ke pondok pesantren Assirojiyah maka diperlukan tenaga mengajar yang dapat membantu beliau. Maka guru ngaji beliau yakni Kiai Ali Paterongan menugaskan beberapa santrinya untuk membantu Agus Ali mengajar.

Ketika itu proses belajar mengajar menginjak satu tahun lamanya, sepakatlah para sesepuh masyarakat berencana untuk membagun madrasah agar kegiatan belajar lebih maksimal. H. Ali Raudhan yang merupakan paman beliau meminta doa para santri agar rencana tersebut bisa secepatnya terlialisasikan.

Rencana tersebut juga di ajukan kepada kiai Ali Paterongan, Kiai Rasyid Paterongan, dan Al Muallim Kiai Busyiri Nawawi Kajuk Sampang untuk meminta restu beliau bertiga. Kiai Rasyid merestui rencana tersebut, begitu juga dengan Kiai lainnya. Bahkan Kiai Ali memberikan tanah kapurnya yang ingin di bangun untuk pembangunan pesantren, agar dibuat pembangunan madrasah. Dan Al Muallim menyarankan agar pembangunan diletakkan disebelah utara jalan raya.

Kemudian H. Ali Raudhan mewakafkan tanahnya sebagai tempat pembangunan madrasah dan para masyarakat sepakat bergotong royong untuk membantu proses pembangunan. Sebagian masyarakat ada yang menyumabang kayu, pasir, batu dan sebagainya. Pada saat itu terbangunlah madrasah tersebut dengan banyak empat ruangan.

Pada saat proses pembangunan belum selesai H. Ali Raudhan dipanggil oleh sang Khalik. Terdapat segelintir masyarakat yang tidak senang akan adanya madrasah tersebut, maka banyak cercaan, hinaan, bahkan hujatan bahwa madrasah tersebut tidak akan berdiri. Akan tetapi tekat yang kuat dari sesepuh masyarakat seperti: Al mukarrom Naim Madani, H. Karim, bapak Surah dan yang lainnya tetap terus melanjutkan pembangunan tersebut sampai selesai. Dan setelah selesainya pembangunan maka Agus Ali Muda’i izin boyong dari Assirojiyah kepada Al Muallim dan meminta restu dan doa beliau agar selalu istiqomah dalam mengajar.

Maka pada tahun 1992 M, di resmikanlah madrasah tersebut dengan nama Al Ikhlasiyah sebuah nama yang di berikan oleh Kiai Ali sebagai pertanda bahwa guru yang mengajar di madrasah tersebut Insya Allah benar-benar ikhlas meski tidak pernah di gaji sepeserpun.

B. Biografi Pengasuh (Agus Ali Muda’i)

Ali muda’i lahir di Bangkalan 1953 M, beliau adalah pengasuh Madrash Diniyah Al-Ikhlasiyah, Baeler, Lombang Dajah, Blega, Bangkalan, Jawa Timur. Ia dibesarkan dan diasuh oleh kedua orang tuanya, bapak Muda’I dan ibu Jamina. Agus Ali sapaan akrabnya, yang mana sapaan itu dinisbatkan bagi santri Assirojiyah yang menjalankan tugas dipondok. Oleh kakak sepupunya, Moh. Ruji menyarankan supaya beliau melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Assirojiyah Kajuk Sampang. Kemudian pada tahun 1969 M orang tuanya menyetujui saran tersebut dan mohn doa restu kepada guru ngajinya yang tak lain adalah pengasuh Pondok Pesantren Al Khoiriyah Paterongan.

Namun guru ngajinya menyarankan bahwa beliau jangan diniatkan mondok, main saja ke Kajuk. “Jangan mondok dulu, niat main dulu ke Kajuk, kalau kerasan terus mondok” ucap beliau menirukan pesan gurunya ngajinya.

Ketika masuk pesantren PP Assirojiyah, beliau merasa nyaman dan betah di pondok hingga tahun 1992 M. Selama dipesantren, beberapa jabatan penting pernah ia pegang, seperti menjadi Kepala Ketertiban dan Keamanan (TIBKAM) tanpa wakil yang dipilih langsung oleh Al Muallim, Ketua Daerah, Ketua Biro Pendidikan dan Wakil Ketua Umum Pesantren. Namun waktu itu oleh para santri, Gus Ali lebih dikenal sebagi keamanan Pesantren.

Pada tahun 1992 M, beliau pamit boyong kepada Al Muallim. Ketika boyong beliau langsung mempersunting perempuan yang kelak menjadi pasangan hidupnya yang bernama Salimah, beliau dikaruniai empat putri dan satu putra.

Sehari-harinya beliau disibukkan mengajar Al Quran setiap ba’da maghrib dan madrasah Al Iklasiyah setiap ba’da dzuhur. Ada pesan yang hingga kini tetap ia ingat dari pesan Al Muallim. “Ingat! apa yang dikerjakan selama di pondok jangan dihilangkan”, pungkasnya menirukan pesan Al Muallim.

Ditulis oleh Siti Aminatul Jannah Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 

0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.