![]() |
Foto Gedung |
A. SEJARAH BERDIRI
Darus Salam Hingga Bustanul Hidayah.
Munculnya pendidikan tauhid (agama) di kampung Jurang Bulu hanya berawal dari sebuah masjid kuno yang diberi nama masjid Darul Muttaqin. Kajian ilmu tauhid (agama) diperkenalkan oleh seorang ta’mir kepada para pemuda-pemudinya. Beliau di kenal dengan nama Sarman, seorang laki-laki paruh baya berasal dari desa Kajuanak Galis yang kemudian hijrah ke desa Lombang Dajah Blega, lebih tepatnya dusun Jurang Bulu. Ia hanya seorang petani yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang mapan. Lalu bagaimana ia bisa mengenalkan pendidikan agama kepada generasi Jurang Bulu? Beliau mendidik hanya melalui pendidikan di langgar atau surau-surau. Beliau memiliki cita-cita mendapatkan menantu seorang santri.
Tak ayal cita-citanya di ijabah oleh Allah, ia mendapat menantu seorang santri boyongan dari pesantren salaf Al-Kholiliyah An-Nuroniyah Demangan Timur Bangkalan dikenal nama Hasyim Asy’ari. Beliau terkenal seorang santri yang taat, ta’dhim pada Kiainya, penyabar, rendah hati dan termasuk santri yang sangat disayang oleh Kiainya. Bukti akan hal tersebut adalah saat KH. Anwar Noer, sebagai Kiai sepuh beliau saat menghadapi mautnya, KH. Anwar masih sempat memanggil Bdr. Hasyim dan memberi sebuah kode menuliskan angka 1 dan menunjuk dirinya. Oleh santri dan Kiai yang lain hal ini diartikan bahwa Bdr. Hasyim lah santri yang paling beliau sayangi. Bdr. Hasyim merupakan putra ke 4 dari 6 bersaudara dari pasangan Yumna dan Matram yang telah menikahi putri Sarma yang ke 6, Beliau bernama Holimah. Garis nasab Bdr. Hasyim juga merupakan garis keturunan orang-orang shaleh dari Dusun Kolla, Desa paterongan, Kec. Galis, Kab. Bangkalan. Ia juga merupakan penduduk yang hijrah dari desanya, di karenakan sesama orang tua yang menginginkan mempererat tali persaudaraan.
Sesuai dengan harapan Sarman, Bdr. Hasyim segera diperintahkan menjadi penerus Sarman untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an juga mengarjarkan agama melalui pendidikan salaf. Beliau juga membuka ruang lingkup belajar layaknya madrasah, namun hanya 2 kali pertemuan dalam seminggu. Melihat ketekunan Bdr. Hasyim dan semangat peserta didiknya, tepatnya pada tahun 1990 para pemuka atau sesepuh desa Lombang Dajah sepakat gotong royong membangunkan sebuah madrasah kecil yang diberi nama Darus Salam menghadap arah timur si sebelah barat lahan yang telah di siapkan. Bahan yang digunakan adalah kayu yang diperoleh dari sumbangan warga sedangkan dindingnya masih berupa dinding bedek (dinding yang terbuat dari anyaman bambu) yang dipetak menjadi 2 kelas. Namun bangunan ini tidak cukup lama untuk bertahan. sebab madrasah tersebut nampak tidak cukup layak untuk ditempati para pelajar, akhirnya pada tahun 1999 para sesepuh desa kembali berunding untuk membangun kembali madrasah yang lebih layak berupa gedung dengan petak 8 kelas/ ruangan yang dikomandoi oleh Hj. NOer seorang tokoh terkemuka dan dikenal terkaya dan berjiwa pemimpin yang adil dan dermawan di dusun Jurang Bulu.
Karena murid yang semakin banyak, namun pengajar nya hanya Bdr. Hasyim seorang diri, Sarman menjemput putranya yang sedang menimba ilmu di Pondok Pesantren. Beliau bernama Bdr. Syirajuddin Asy-Syarmadani. Segera ia di angkat sebagai ketua di bawah asuhan Bdr. Hasyim Asy’ari. Pemikiran Bdr. Syirajuddin yang lebih modern dari pada Bdr. Hasyim berinisiatif untuk mebuka lembaga formal di yayasan nya. Rasa prihatin yang begitu kuat pada anak-anak lulusan SD yang keluyuran tanpa arah membuat beliau bersemangat untuk benar-benar mendirikan lembaga pendidikan formal. Akhirnya pada tahun 2004 beliau melakukan penggalangan dana ke daerah Bali, Bima dan Sumbawa dengan tertatih, beliau bisa mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk membangun lembaga formalnya, yaitu Madrasah Tsanawiyah dan mengganti nama yayasannya menjadi Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Hidayah. Dan mengangkat seorang bernama Mat Mori yang merupakan satu-satunya pelajar yang telah berhasil menyandang gelar Sarjana.
Lembaga baru itu mendapat respon yang bagus dari masyarakat. Dari tahun ke tahun jumlah murid yang dimiliki Yayasan mencapai 150 pelajar bahkan lebih dari berbagai desa. Pada tahun 2009, Yayasan kembali memperluas deretan lembaga dengan adanya lembaga PAUD Kelompok Bermain Bustanul Hidayah atau dikenal dengan KB Bustanul Hidayah.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, mulai banyak desa ynag membuka sebuah lembaga pendidikan. Murid yang berminat meneruskan jenjang pendidikan semakin berkurang, adanya hal itu bukanlah panah yang akan menggugurkan semangat beliau. pada tahun 2015 Bdr. Syirajuddin kembali membuka lembaga formal yakni SMAS Al-Hidayah yang dikepalai oleh seorang penyandang gelar Drs, yakni Drs. Holili, S.H. M.Pdi. ia menyanding gelar kepala sekolah selama 2 tahun, selanjutnya gelar kepala sekolah diberikan pada Faisol, S.Pd. yang merupakan keponakan dari Bdr. Syirajuddin.
Namun karena faisol adalah pemuda yang pemalu tidak pernah dan jarang bercakap-cakap dihalayak ramai, gelar kepala sekolah diberikan kepada Muzaki, S.Pd yang telah menjadi guru tetap sejak adanya lembaga MTs dibuka. sedangkan Faisol hanya mengurusi bagian dalam. Ia yang amanah membuat Bdr. Syirajuddin tidak membutuhkan pertimbangan untuk menerima gelar tersebut. Dan yayasan bustanul hidayah berhasil bertahan “walupun tertatih tapi Alhamdulillah tidak sampai gulung tikar” dan bustanul hidayah berkembang sampai saat ini.
Pada tahun 2019 ini struktur kepengurusan Madrasah Tsanawiyah pada tingkat Sekolah diganti oleh Abdul Wahid, S.Pd yang merupakan lulusan dari Perguruan Tinggi STIT Al-Ibrohimy Galis Bangkalan.
B. BIOGRAFI PENDIRI YAYASAN
Sarman (Pak Siri) adalah putra dari pasangan Sanden dan Lamna berasal dari desa Kajuanak kemudian pindah ke desa Lombang Dajah karena menikah. Beliau dilahirkan pada 11 Juli 1934 (dikutip dari kartu tanda penduduk miliknya). Pekerjaan sehari-harinya hanya sebagai petani untuk menafkahi keluarganya. Beliau juga menjadi Ta’mir Masjid Darul Muttaqin Dsn. Jurang Bulu sekaligus menjadi guru ngaji al-Qur’an disana.
Pada jaman kuno, tidak ada imbalan bagi pengurus Masjid atau pun guru ngaji. jadi beliau mengurusi Masjid dan anak-anak yang belajar mengaji semata-mata karna mengharap Ridha Allah. oleh karenanya, beliau memiliki cita-cita mempunyai menantu seorang santri untuk bakal generasinya mengajarkan anak-anak didesanya mengaji.
Pada tahun 1990 beliau berinisiatif untuk membangun sebuah madrasah dengan dukungan dari seorang Kiak dari desa Paterongan tepatnya didusun Kolla. Beliau bernama KH. Dasuqi yang kemudian dibina oleh menantunya yakni Bdr. Hasyim. Pada tahun 1998 September Tanggal 08 M tepatnya 1 Jumadil Akhir 1418 H beliau wafat dan dimakamkan di sebuah pemakaman umum di Dusun Sornok yang merupakan dusun tetangga Jurang Bulu Lombang Dajah Blega.
Ditulis oleh Yanti Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren.
![]() |
PPDB SMA Al-Hidayah 2021 |
![]() |
PPDB MTs Bustanul Hidayah 2021 |
0 komentar:
Posting Komentar