Kamis, 01 Juli 2021

PP. Nurul Ittihad Perreng

SEJARAH BERDIRI

NURUL ITTIHAD di babat oleh seorang Kiai yang bernama KH. Ishaq Bin Abdurrohman, kalau dalam silsilahnya beliau adalah keturunanan Walisongo dari Buju’ Perreng. Konon katanya latar belakang berdirinya Pondok Pesantren ini karena KH. Ishaq Bin Abdurrohman melihat ke adaan di desa Perreng  sangatlah jauh dari peradaban Islam, dimana pada saat itu di desa Perreng setiap hari oang orang melakukan kemaksiatan seperti halnya sabung, carok, dan lain sebagainya.

Dengan keadaan seperti itu maka KH. Ishaq Bin Abdurrohman selaku keturunan Walisongo  yang mempunyai tugas untuk menyebarkan Agama Islam maka dia mempunyai keinginan untuk mendirikan sebuah Pesantren agar di desa Perreng tidak selalu seperti itu.

Lokasi beradanya pondok ini dulunya adalah sebuah hutan blantara dan pegunungan  dimana pada saat itu Kiai di bantu oleh sebagian masyarakat untuk mebangun Pondok Pesantren. Setelah berdirinya pondok itu Kiai kemudian mengajak kepada sebagian masyarakat Perreng untuk memondokkan anaknya ke pondok pesantren Nurul Ittihad, lalu setelah itu lambat laun bermunculan anak anak dari desa Perreng yang mondok

Kemudian setelah KH. Ishaq Bin Abdurrohman wafat lalu pondok itu di lanjutkan oleh putranya yang bernama  KH. Mawardi Ishaq. 

Dan setelah wafatnya kiyai ishaq lalu di pondok itu didirikan pasar oleh masyarakat karna masyarakat mengira bahwasanya disana adalah tempat yang setrategis untuk dibuat pasar karena disitu tempat berkumpulnya masarakat, namun keberadaan pasar  yang ada di lingkungan pondok itu sangatlah tidak pantas, karena KH. Mawardi beranggapan bahwasanya pasar adalah salah satu tempat maksiat yang di dalamnya ada orang orang yang melakkan kemaksiatan seperti halnya orang yang bermain timbangan,berkumpulnya laki laki dan perempuan yang bukan mahromnya. Lalu KH. Mawardi mengumpulkan masyarakat untuk memusyawarahkan tentang keberadaan pasar yang ada di lingkungan pondok itu, Kemudian setelah Masyarakat dikumpulkan lalu kh. Mawardi memberitahukan bahwasanya pasar itu akan di tiadakan dan menjelaskan tentang dampak negatif pasar bagi pondok, dan masyarakat pun sepakat untuk hal itu setelah di jelaskannya oleh KH. Mawardi.

Setelah itu bertambah banyaklah santri yang mondok kesitu karna masyarakat percaya akan kealiman pengasuhya. Tetapi anehnya setelah semakin banyak orang yang mondok di Pesantren itu malah KH. Mawardi berpindah ke desa Karang Nagkah Blega dan mendirikan lagi pondok disitu sehingga Pondok Pesantren Nurul Ittihad yang ada di Desa Perreng itu tidak terurus dan banyak santri santri yang berhenti dan akhirnya berhentilah pendidikan yang ada di desa Perreng itu. 

Dan setelah sekian lamanya pendidikan di Desa Perreng tidak ada hingga bertahun tahun, lalu putra KH. Mawardi yang bernama KH. Matlub Mawardi melanjutkan perjuangan abahnya di perreng. 

KH. Matlub Mawardi boyong dari Pondok Pesantren Sidogiri sekitar tahun 1995 M. lalu beliau menikah dengan Ny. Hj. Qona'ah, dan setelah beberapa tahun kemudian KH. Mabruk dengan Ny. Qona’ah berpindah ke tempat dulunya abahnya berada yaitu di desa Perreng. Lalu KH. Matlub disana ingin membangun sebuah rumah untuk tempat tinngal beliau, akan tetapi beliau tidak punya uang sama sekali lalu beliau mengumpulkan semua masyarakat yang berada di desa Perreng dan mengatakan bahwasanya beliau ingin membangun sebuah rumah akan tetapi tidak memiliki dana sama sekali, lalu masyarakat kompak untuk sumbangan seikhlas nya untuk pembangunan rumah beliau. Dan diantara sumbangan dari masyaraat yaitu ada yang berupa beras, ayam, sapi, bahan bangunan dan tenaganya. Lalu setelah musyawaroh itu selesai lalu KH. Mabruk Mawardi pergi ke tanah suci untuk cari biaya dan sekalian haji, dan setelah KH. Matlub pulang dari tanah suci  maka rumahnya selesai. Dan setelah rumah beliau selesai maka beliau merintis kembali pendidikan yang ada disitu pertama kali beliau mebangun sekolah yaitu sekolah TK padah tahun 1998 M setelah setahun dari berdirinya TK itu beliau mendirikan sekolah MI pada tahun 99,dan kh.matlub sangat bersyukur atas hidupnya kembali pendidikan di desa itu. Setelah  sekolah TK dan MI itu berjalan dengan lancar lalu para santri bermunculan yg mondok disitu, santri pertama kali yang mondok pada kala itu ialah Ustad Muadz lalu semakin bertambah lagi santri santriyang mondok disitu, dan pada tahun 2005 beliau  mendirikan sekolah  lagi yaitu MTs dan sampek sekarang pendidikan yang ada di desa Pereng tersebut semakin membaik.


Ditulis oleh Sahril Sobirin Mahasiswa STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 

0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.