A. Berdirinya pondok pesantren Nurul Karomah Paterongan
Dari segi usia, mungkin pondok pesantren yang berdiri di tepi jalan provinsi dekat pasar galis, bangkalan ini tergolong muda. Ia baru lahir di masa-masa puncak sekaligus jelang kejatuhan era orde baru. Namun ponpes yang satu ini begitu populer di ujung barat pulau garam. Di samping jumlah santri yang mulai bergrafik naik, ada kisah unik berdirinya pesantren ini.
Usia KH. Abdul Fattah Achmad Faqih baru genap tiga puluh tahun saat almarhum sang ayah bermimpi di awal decade 1990-an silam itu, isyarah mimpi tersebut juga sekaligus merupakan awal mula cikal bakal berdirinya ponpes nurul karomah. Saat itu, kyai Fattah sendiri baru saja mondok di ponpes sidogiri, pasuruan.
“awalnya saya tinggal di desa tanah merah laok, kecamatan tana merah. Nah sepulang mondok itu saya di beri kepercayaan untuk tinggal di desa paterongan. Karena ayah saya mendapat kan petunjuk dari istiharahnya agar saya tinggal dan mendirikan pesantren di sini”. Kata sang kyai kelahiran bangkalan, 31-maret-1961.
Tak menunda-nunda, usai mendapat petunujuk seperti itu, kiai Fattah langsung segera pindah dan menempati sebuah rumah sederhana di desa paterongan. Di sana, apa yang di titahkan sang ayah dia sampaiakan kepada penduduk setempat di tempat tinggal barunya. Gayung bersambut. Penduduk desa tak hanya tertarik akan kisah mimpi itu, namun juga sekaligus sukarela turut serta membangun ponpes. Mereka menganggap bahwa petunjuk yang di sampaikan kiai Fattah merupakan petunjuk dari allah swt yang harus di realisasikan.
“benar-benar luar dugaan. Ternyata masyarakat mendukung penuh. Mereka ingin di sekitar mereka di bangun pesantren. Selain tempat belajar anak-anak, mereka juga berharap ponpes bisa member pengetahuan berguna sebagai bekal hidup generasi penerus mereka kelak” kata kiai Fattah. “
Kiai Fattah mengawali pembangunan ponpes dengan mencari dan sekaligus mencari lokasinya. Lokasinya itu di tepi jalan sekitar satu kilo meter dari pasar tradisional Galis. Apa yang di lakukan sang kiai membuat keinginan warga untuk membantu semakin tinggi. Tanpa ada pembicaraan sebelumnya, warga sudah menyiapkan material untuk membangun ponpes. Maka pada hari yang sudah di tentukan pembangunan ponpes di mulai.
”Alhamdulillah saya bersyukur. Bayangkan ponpes itu bisa berdiri atau di bangun hanya dalam waktu sehari saja. Di luar yang saya duga, warga ternyata telah merancang kebutuhan untuk pembangunan ponpes di rumah mereka masing-masing. Jadi, saat di bangun semua material yang di butuhkan sudah ada” terang alumni pesantren di timur tengah itu.
Secara resmi, menurut penuturan kiai Fattah, ponpes nurul karomah di bangun pada tahun 1991. Kala itu santri pertama yang masuk berjumlah satu orang. Namun, semakin hari jumlahnya terus bertamba. Bahkan santri yang mondok di pesantren ini bukan hanya berasal dari desa paterongan mereka juga berasal dari desa lain yang jaraknya puluhan kilometer dari pesantren.
“pada awalnya santri hanya berasal dari paterongan saja tapi setelah beberapa lama, banyak yang datang dari desa lain untuk mondok di sini. Dan kebanyakan orang tua mereka itu merantau di luar pulau.
Ponpes nurul karomah ini banyak di kenal masyarakat bangkalan. Selain santrinya yang cukup banyak, pesantren ini berdiri di tepi jalan utama.
Kini jumlah santri yang menetap di ponpes nurul karomah sudah lebih empat ratusan. Para santri itu tidak hanya menuntut ilmu sebagaimana pesantren salaf pada umumnya. Karena nurul karomah tidak alergi pada pengetahuan umum, para santri juga menuntut ilmu umum di sekolah formal islam yang juga berdiri di kompleks ponpes.
Meski begitu, sebelum berangkat ke sekolah para santri di wajibkan mempelajari kitab. Rutinitas itu di lakukan usai sholat subuh hingga pukul 06.15. hal yang sama di lakukan oleh santri setelah menempuh pendidikan formal di sekolah hingga usai sholat isya’. “Saya kira itu aktivitas serupa di hamper semua ponpes semi salaf” tegasnya
Sedangkan untuk aktivitas spiritual yang bertujuan memperkuat ketakwaan dan keimanan para santri, menurut kiai Fattah, nurul karomah mewajibkan para santri bangun telah malam. Mereka di haruskan shalat malam bersama. Dan di waktu itu juga mereka mempelajari makna kitab yang di tekankan pada nahhu dan sharraf. ”kami menggunakan bahasa jawa untuk memaknai tulisan arab pada kitab yang di pelajari. Lalu di artikan dalam bahasa Indonesia. Itu seperti yang di lakukan para wali jaman dulu. Sehingga biar lebih mudah di pahami.”
Di samping aktivitas spiritual dan pembelajaran , kiai Fattah juga mendorong para santri nurul karomah mengusai bahasa asing dan keterampilan teknologi. Seperti misalnya pelatihan dan les bahasa inggris dan arab serta pendidikan computer untuk semua santri
B. Biografi Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Karomah
Nama :KH. Abdul Fatah Ach. Faqih
TTL :Kwanyar, 31-Maret-1961
Alamat :Paterongan Galis Bangkalan
Ditulis oleh Zainab Andawiyah Mahasiswa STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Prodi PAI Semester II Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren.
Dosen Pengampu : Subaidi, S.Pd, M.Ag
0 komentar:
Posting Komentar