Selamat Datang Di blog Subaidi

Selamat datang di blog Subaidi, Semoga Bermanfaat.

Find Out More Purchase Theme

Our Services

Lovely Design

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Great Concept

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Development

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

User Friendly

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Praesent feugiat tellus eget libero pretium, sollicitudin feugiat libero.

Read More

Recent Work

Selasa, 29 Juni 2021

PP Nurul Huda Pakong Modung Bangkalan.

PP Nurul Huda Pakong Modung Bangkalan.


A. CIKAL BAKAL

Pondok pesantren Nurul Huda tidak sama dengan lembaga yang lain, Pada saat itu sekitar tahun 60-an sebelum kemerdekaan bangsa kita tercinta Indonesia ini. Di pakong merupakan salah satu pedesaan yang masih banyak tidak tahu atau tidak mengenal agama islam saking banyaknya orang awam pada saat itu datanglah seorang Ulama' besar yang masih bernasab dengan salah satu sunan beliau bernama KH. Nur nama asli beliau adalah Muhammad Nur Ibnu Tahrir bin Sujek Mukiman (KH. Muhammad Nur). Beliaulah salah satu cicit Sunan Cendana Kwanyar atau yang sering kita kenal dengan panggilan KH Zainal Abidin Kwanyar.

Setelah beliau tahu akan banyaknya orang awam pada saat itu di pakong dan mulailah KH. nur pada saat itu ber angan angan untuk mendirikan agama Allah swt agar mereka tidak mudah terpengaruh dengan kenikmatan setan sesaat itu, sebelum beliau melakukan dakwah beliau selalu berdo'a akan masyarakat di Pakong saat itu dan tidak mudah awalnya untuk melakukan semuanya dimana beliau pada saat itu sedang mengajak salah satu masyarakat untuk bertobat atas kesalahan yang sering di lakukanya. Namun beliau tidak putus tengah jalan saja meskipun banyak rintangan yang harus di laluinya, beliau KH Nur tersebut sudah menemukan satu titik point bagi masyarakat pakong pada saat itu bahwa dimana beliau memulainya dengan membuat sebuah gubuk yang di kenal dengan langger (musolla).

Sekian lama beliau berdkwah baru banyak sadar akan indahnya agama islam yang terkenal dengan toleransi dalam hal apapun selain akadidahnya, lambat laun mulai banyak yang sudah tidak enggan lagi yag mau mengaji kepada beliau di karenakan beliau sudah mashur dengan Ahlaq mulia beliau, Begitu juga dengan masyarakat yang sudah mulai terbiasa dengan dakwah beliau yang ramah terhadap ajakan dan tidak ada sama sekali paksaan untuk para pengikut beliau. Kemudian hari baru sadar bahwa masih banyak desa sekitar yang masih banyak dengan orang yang tidak faham dengan agama islam, Dimana salah satunya ada desa taman sari pakaan dan juga longkek lantek begitu juga dengan karanggen separah.

B. SEJARAH BERDIRI

Setelah berbagai upaya yang telah di lakukan oleh kh nur pada saat itu desa pakong pun mulai berkembang dengan banyaknya para masyarakat yang minat untuk mencari ilmu kepada kh nur. Di mulai dari sebuah musholla kecil pada saat itu dan pada saat itu lalu berdirilah sebuah kamar kamar kecil pada saat itu yang ada mana masih belum berupa bangun yang seperti saat ini, ada satu musholla dan satu tempat asrama pada saat itu.

C. Para pengasuh pon pes nurul huda

1. Kh muhammad nur

2. KH. Rahbini 

3. KH. Kohher

4. KH. Abd Azis

5. KH. kholil

6. KH. Zairosi


Ditulis oleh Sofiulloh Mahasiswa STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 



Senin, 28 Juni 2021

MD Miftahul Mubtadiin Lerpak Geger Bangkalan

MD Miftahul Mubtadiin Lerpak Geger Bangkalan


A. SEJARAH BERDIRI

Madrasah Diniyah Miftahul Mubtadiin didirikan oleh H. Fauzi Pada tahun 1971, awal mulanya bukan Madrasah tetapi tempat orang mengaji dan membuka kajian kitab setiap malam, karena semakin banyak yang ngaji kitab sehingga KH. Abdulloh Schol menyuruh mendirikan Madrasah. H. Fauzi tidak langsung mendirikan Madrasah awalnya tidak langsung bangunan awalnya hanya buat rumah yang sangat sederhana ukurannya sekitar 6 meter itupun dari kayu, separuhnya untuk tempat tidur sendiri separuhnya lagi buat santrinya, beberapa tahun kemudian minta sumbangan kayu buat Musholla kecil di samping buat tempat sholat berjemaah juga buat tempat ngaji kitab, pada suatu hari H. Fauzi mengadakan pengajian mendatangkan KH. Abdulloh Schol seketika datang KH. Abdulloh melihat banyak yang antusias untuk ngaji KH. Abdulloh mengatakan pada H. Fauzi "bangunlah madrasah" kata kh. Abdulloh Schol sama H Fauzi seketika itu H. Fauzi menjawab "saya gak bisa membangun Madrasah karena tidak punya biaya", Lalu KH. Abdulloh Schol mengatakan "bangun lah Madrasah masalah biaya saya yang biayai, Saya menitipkan madrasah sama kamu". kata KH. Abdulloh.

Alasannya Kh. Abdulloh Schol Bangkalan menitipkan Madrasah kepada H. Fauzi karna H. Fauzi termasuk sosok yang bisa mengajar kitab, KH. Abdulloh Schol menunjuk H. fauzi untuk mendirikan madrasah karna H. Fauzi adalah sosok yang pantas untuk mendirikan Madrasah, dan jugak H. Fauzi keturunan sesepuh yang sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat Lerpak.

Madrasah Miftahul Mubtadiin adalah madrasah kedua di desa Lerpak yang berdiri pada saat itu, Alasan yang kedua KH. Abdulloh Schol merekom H. Fauzi untuk mendirikan sebuah madrasah karena saat itu jauhnya Madrasah sehingga KH. Abdulloh Schol meminta H. Fauzi untuk mendirikannya, atas Rekomendasi KH. Abdulloh Schol, H. Fauzi langsung mencari dana untuk mendirikan Madrasah, setelah jadi sampai sekarang masih berdiri karna antusiasnya masyarakat di Lerpak untuk menyekolahkan anaknya dan masih eksis sampai sekarang, banyak alumni dari sana sekarang yang mendirikan Madrasah jugak, setiap tahun nya selalu mendatangkan ulama-ulama, Miftahul Mubtadiin salah satu sekolah yang sangat banyak disukai para ulama dan habib karna antusiasnya masyarakat yang ngaji dan keta'diman masyarakat kepada gurunya.

Di bawah pengasuhnya Ra makmun sekarang karna banyaknya alumni yang tidak di ketahui sehingga sekarang mengadakan acara Alumni akbar dan banyak nya dukungan dari alumni tujuan mengadakan alumni salah satunya mempererat silaturrohim para alumni,

B. BIOGRAFI PENGASUH

Ra makmun sapaan akrab KH. Makmun Bin KH. Fauzi lahir di Bangkalan putra kedua dari 9 saudara dari pasangan KH. Fauzi dengan Hj. Sutiyah.

Beliau adalah Salah satu anak yang pantas menggantikan abahnya untuk meneruskan menjadi pengasuh madrasah miftahul mubtadi’in sampai sekarang, sebelum menggantikan abahnya beliau nyantri di Nurul Cholil setelah abahnya meninggal beliau menggantikan peran abahnya sebagai pengasuh sekitar tahun dua ribu empat belasan.

Beliau adalah sosok yang sangat di hormati dan di segani mampu menggantikan abahnya, Dan beliau jugak di kenal ulama muda yang mempunyai kewibawaan dan kharismatik, sehingga sekarang beliau termasuk orang tua bagi kalangan muda walaupun umurnya masih muda.

Ditulis oleh Ivan Hakim Mahasiswa STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 

MI An-Nidhomiyah BangPendah Galis

MI An-Nidhomiyah BangPendah Galis

Gedung Madrasah

A. Sejarah Berdiri

MI (Madrasah Ibtidaiyah) An-Nidhomiyah merupakan lembaga pendidikan swasta yang berbasis keislaman yang bertempat di Desa Bangpendah, Galis, Bangkalan. MI An-Nidhomiyah didirikan oleh KH. Suyuti Burjuk tepatnya pada tanggal 01 Agustus 1962. Asal mulanya pada tahun 1962, KH. Suyuti Burjuk ini mendirikan madrasah dengan tujuan agar rakyat Bangpendah mendapatkan pendidikan yang layak dan juga agar warganya tidak buta huruf. 

Sebelumnya MI An-Nidhomiyah hanya fokus pada keagamaan saja, tetapi seiring berjalannya waktu akhirnya sekolah ini bisa melakukan sistem belajar mengajar yang setara dengan sekolah-sekolah modern, hingga saat ini MI An-Nidhomiyah semakin berkembang, baik dalam sistem pembelajarannya maupun sistem administrasinya.

Dan yang melatar belakangi berdirinya lembaga pendidikan MI An-Nidhomiyah ini adalah untuk memberikan pendidikan gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan mencerdaskan anak-anak bangsa, khususnya di desa Bangpendah ini sendiri maupun desa-desa sekitarnya. 

Yayasan An-Nidhomiyah sendiri mempunya visi dan misi agar yayasan ini semakin berkembang, yaitu:

Visi :

Terbina hidup yang islami, terdepan dalam berprestasi.

Misi : 

Menanamkan keyakinan/aqidah melalui pengalaman ajaran agama islam.

Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.

Mengembangkan pengetahuan di bidang IPTEK, bahasa, olahraga dan seni budaya sesuai dengan bakat.

Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan lingkungan.

B. Biografi Pengasuh

KH. Abd. Rouf Suyuti merupakan Pengasuh Yayasan MI An-Nidhomiyah. Beliau lahir di Bangkalan pada tanggal 05 Mei 1953. Ayah beliau merupakan pendiri Yayasan MI An-Nidhomiyah ini yang bernama KH. Suyuti Burjuk. Ibu beliau bernama Mutimmah. KH. Abd. Rouf adalah anak pertama dari 7 bersaudara, beliau mempunyai istri yang bernama Hj. Alkarimah yang dikaruniai 4 orang anak dari pernikahanya, anak-anak beliau bernama: 1) Lailatul Mukarromah, 2) Titik Rahmawati, 3) Ashrofil Habibillah, dan 4) Kamelia Putri, dan mempunyai 3 cucu dari anak pertama dan keduanya, yaitu bernama: 1) M. Naufal Afdad Husaini, 2) Ahmad Bilhaq Akmalul Haq, dan 3) Ahmad Ibrahim Hafidul Haq. Alamat rumah beliau di Jl. KH. Suyuti Bangpendah, Kec. Galis, Kab. Bangkalan. Pendidikan terakhir beliau adalah pesantren, beliau menimba ilmu di pondok pesantren Darul Ubudiyah Raudlatul Muta’alimin Jatipurwo Surabaya pada tahun 1963-1971. Selain merupakan pengasuh yayasan MI An-Nidhomiyah, beliau juga merupakan sesepuh di desa Bangpendah sekaligus kiai terhormat di desa Bangpendah. Beliau juga bekerja wiraswasta.

Itulah sekilas sejarah tentang berdirinya yayasan MI An-Nidhomiyah dan biografi pengasuh yang dapat penulis paparkan.


Ditulis oleh Alvin Wahyuni Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren.

YPI Bustanul Hidayah Jurang Bulu Lombang Dajah Blega

YPI Bustanul Hidayah Jurang Bulu Lombang Dajah Blega

Foto Gedung

A. SEJARAH BERDIRI

Darus Salam Hingga Bustanul Hidayah.

Munculnya pendidikan tauhid (agama) di kampung Jurang Bulu hanya berawal dari sebuah masjid kuno yang diberi nama masjid Darul Muttaqin. Kajian ilmu tauhid (agama) diperkenalkan oleh seorang ta’mir kepada para pemuda-pemudinya. Beliau di kenal dengan nama Sarman, seorang laki-laki paruh baya berasal dari desa Kajuanak Galis yang kemudian hijrah ke desa Lombang Dajah Blega, lebih tepatnya dusun Jurang Bulu. Ia hanya seorang petani yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang mapan. Lalu bagaimana ia bisa mengenalkan pendidikan agama kepada generasi Jurang Bulu? Beliau mendidik hanya melalui pendidikan di langgar atau surau-surau. Beliau memiliki cita-cita mendapatkan menantu seorang santri. 

Tak ayal cita-citanya di ijabah oleh Allah, ia mendapat menantu seorang santri boyongan dari pesantren salaf Al-Kholiliyah An-Nuroniyah Demangan Timur Bangkalan dikenal nama Hasyim Asy’ari. Beliau terkenal seorang santri yang taat, ta’dhim pada Kiainya, penyabar, rendah hati dan termasuk santri yang sangat disayang oleh Kiainya. Bukti akan hal tersebut adalah saat KH. Anwar Noer, sebagai Kiai sepuh beliau saat menghadapi mautnya, KH. Anwar masih sempat memanggil Bdr. Hasyim dan memberi sebuah kode menuliskan angka 1 dan menunjuk dirinya. Oleh santri dan Kiai yang lain hal ini diartikan bahwa Bdr. Hasyim lah santri yang paling beliau sayangi. Bdr. Hasyim merupakan putra ke 4 dari 6 bersaudara dari pasangan Yumna dan Matram yang telah menikahi putri Sarma yang ke 6, Beliau bernama Holimah. Garis nasab Bdr. Hasyim juga merupakan garis keturunan orang-orang shaleh dari Dusun Kolla, Desa paterongan, Kec. Galis, Kab. Bangkalan. Ia juga merupakan penduduk yang hijrah dari desanya, di karenakan sesama orang tua yang menginginkan mempererat tali persaudaraan.

Sesuai dengan harapan Sarman, Bdr. Hasyim segera diperintahkan menjadi penerus Sarman untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an juga mengarjarkan agama melalui pendidikan salaf. Beliau juga membuka ruang lingkup belajar layaknya madrasah, namun hanya 2 kali pertemuan dalam seminggu. Melihat ketekunan Bdr. Hasyim dan semangat peserta didiknya, tepatnya pada tahun 1990 para pemuka atau sesepuh desa Lombang Dajah sepakat gotong royong membangunkan sebuah madrasah kecil yang diberi nama Darus Salam menghadap arah timur si sebelah barat lahan yang telah di siapkan. Bahan yang digunakan adalah kayu yang diperoleh dari sumbangan warga sedangkan dindingnya masih berupa dinding bedek (dinding yang terbuat dari anyaman bambu) yang dipetak menjadi 2 kelas. Namun bangunan ini tidak cukup lama untuk bertahan. sebab madrasah tersebut nampak tidak cukup layak untuk ditempati para pelajar, akhirnya pada tahun 1999 para sesepuh desa kembali berunding untuk membangun kembali madrasah yang lebih layak berupa gedung dengan petak 8 kelas/ ruangan yang dikomandoi oleh Hj. NOer seorang tokoh terkemuka dan dikenal terkaya dan berjiwa pemimpin yang adil dan dermawan di dusun Jurang Bulu.

Karena murid yang semakin banyak, namun pengajar nya hanya Bdr. Hasyim seorang diri, Sarman menjemput putranya yang sedang menimba ilmu di Pondok Pesantren. Beliau bernama Bdr. Syirajuddin Asy-Syarmadani. Segera ia di angkat sebagai ketua di bawah asuhan Bdr. Hasyim Asy’ari. Pemikiran Bdr. Syirajuddin yang lebih modern dari pada Bdr. Hasyim berinisiatif untuk mebuka lembaga formal di yayasan nya. Rasa prihatin yang begitu kuat pada anak-anak lulusan SD yang keluyuran tanpa arah membuat beliau bersemangat untuk benar-benar mendirikan lembaga pendidikan formal. Akhirnya pada tahun 2004 beliau melakukan penggalangan dana ke daerah Bali, Bima dan Sumbawa dengan tertatih, beliau bisa mengumpulkan dana yang dibutuhkan untuk membangun lembaga formalnya, yaitu Madrasah Tsanawiyah dan mengganti nama yayasannya menjadi Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Hidayah. Dan mengangkat seorang bernama Mat Mori yang merupakan satu-satunya pelajar yang telah berhasil menyandang gelar Sarjana.

Lembaga baru itu mendapat respon yang bagus dari masyarakat. Dari tahun ke tahun jumlah murid yang dimiliki Yayasan mencapai 150 pelajar bahkan lebih dari berbagai desa. Pada tahun 2009, Yayasan kembali memperluas deretan lembaga dengan adanya lembaga PAUD Kelompok Bermain Bustanul Hidayah atau dikenal dengan KB Bustanul Hidayah. 

Namun seiring dengan perkembangan zaman, mulai banyak desa ynag membuka sebuah lembaga pendidikan. Murid yang berminat meneruskan jenjang pendidikan semakin berkurang, adanya hal itu bukanlah panah yang akan menggugurkan semangat beliau. pada tahun 2015 Bdr. Syirajuddin kembali membuka lembaga formal yakni SMAS Al-Hidayah yang dikepalai oleh seorang penyandang gelar Drs, yakni Drs. Holili, S.H. M.Pdi. ia menyanding gelar kepala sekolah selama 2 tahun, selanjutnya gelar kepala sekolah diberikan pada Faisol, S.Pd. yang merupakan keponakan dari Bdr. Syirajuddin.

Namun karena faisol adalah pemuda yang pemalu tidak pernah dan jarang bercakap-cakap dihalayak ramai, gelar kepala sekolah diberikan kepada Muzaki, S.Pd yang telah menjadi guru tetap sejak adanya lembaga MTs dibuka. sedangkan Faisol hanya mengurusi bagian dalam. Ia yang amanah membuat Bdr. Syirajuddin tidak membutuhkan pertimbangan untuk menerima gelar tersebut. Dan yayasan bustanul hidayah berhasil bertahan “walupun tertatih tapi Alhamdulillah tidak sampai gulung tikar” dan bustanul hidayah berkembang sampai saat ini. 

Pada tahun 2019 ini struktur kepengurusan Madrasah Tsanawiyah pada tingkat Sekolah diganti oleh Abdul Wahid, S.Pd yang merupakan lulusan dari Perguruan Tinggi STIT Al-Ibrohimy Galis Bangkalan.

B. BIOGRAFI PENDIRI YAYASAN

Sarman (Pak Siri) adalah putra dari pasangan Sanden dan Lamna berasal dari desa Kajuanak kemudian pindah ke desa Lombang Dajah karena menikah. Beliau dilahirkan pada 11 Juli 1934 (dikutip dari kartu tanda penduduk miliknya). Pekerjaan sehari-harinya hanya sebagai petani untuk menafkahi keluarganya. Beliau juga menjadi Ta’mir Masjid Darul Muttaqin Dsn. Jurang Bulu sekaligus menjadi guru ngaji al-Qur’an disana.

Pada jaman kuno, tidak ada imbalan bagi pengurus Masjid atau pun guru ngaji. jadi beliau mengurusi Masjid dan anak-anak yang belajar mengaji semata-mata karna mengharap Ridha Allah. oleh karenanya, beliau memiliki cita-cita mempunyai menantu seorang santri untuk bakal generasinya mengajarkan anak-anak didesanya mengaji.

Pada tahun 1990 beliau berinisiatif untuk membangun sebuah madrasah dengan dukungan dari seorang Kiak dari desa Paterongan tepatnya didusun Kolla. Beliau bernama KH. Dasuqi yang kemudian dibina oleh menantunya yakni Bdr. Hasyim. Pada tahun 1998 September Tanggal 08 M tepatnya 1 Jumadil Akhir 1418 H beliau wafat dan dimakamkan di sebuah pemakaman umum di Dusun Sornok yang merupakan dusun tetangga Jurang Bulu Lombang Dajah Blega.


Ditulis oleh Yanti Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 

PPDB SMA Al-Hidayah 2021


PPDB MTs Bustanul Hidayah 2021




Minggu, 27 Juni 2021

Raudlatul Ulum Taman Sari Pakaan Dajah Galis

Raudlatul Ulum Taman Sari Pakaan Dajah Galis

Papan Nama Pesantren

A. SEJARAH BEDIRI

Pendiri pertama pondok pesantren yayasan taman sari yaitu di kenal dengan julukan jai khotib pada tahun 30-an.

Dikenal sebagai orang yang alim, Jai Khotib ini adalah tokoh atau ulama` yang sangat ramah dan baik tehadap masyarakat disekitarnya.  di era jai khotib tersebut masih banyak masyarakat awam didalamnya. Sehingga  jai khotib berinisiatif mendirikan  pondok pesantren untuk mengembangkan dan  memanfaatkan serta menyalurkan ilmunya kpada masyarakat sekitar khusus nya kepada pemuda-pemuda di taman sari.

Setelah Jai Khotib ini selesai dalam kepengurusannya  lalu kemudian diganti  oleh KH. Ali yang bersandingan dengan istrinya Ny. Hj. Aisyah sekitar tahun 70-an. KH. Ali dan istrinya ini merupakan penerus yang kedua. dan setelah itu, dengan berjalan nya  usia beliau semakin menua maka di ganti lagi oleh KH Romli selaku menantu dan bersandingan dengan istrinya Ny. Hj. Rumsiyah putri dari KH. Ali.

Pondok pesantren yayasan taman sari ini  sebelum adanya institusi sekolah formal mendirikan  Madrasah Diniyah ( MI) atau bisa dikenal dengan Sekolah Dasar (SD). Selama bebarapa bulan pondok pesantren ini semakin berkembang sehingga bisa mendirikan TK dan PAUD kemudian Madrasah Tsnawiyah (MTS) kemudian Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tahun 71-an sampai dengan tahun 80-an dan setelah itu diganti oleh Dr KH Makhrus Ali.

Pada saat itu tambah berkembang sehingga bisa mndirikan Lembaga Pendidikan Al-Qur'an (LPQ) sekitar tahun 2013 dan sampai saat ini masih di pandu oleh beliau Dr KH Makhrus Ali.  

MERUPAKAN VISI ATAU MISI DARI Dr KH MAKHRUS ALI.

BERANI TAMPIL BEDA, WUJUDKAN CITA-CITA

Berani tampil beda? Ya, itu harus. Prinsip ini merupakan hal yang harus kita tanam dalam-dalam di sanubari kita. Setiap pondok, lembaga, komunitas dan yayasan pasti memiliki sebuah prinsip atau pedoman. Namun yang perlu diingat, kita harus memiliki prinsip yang berbeda dengan yang lain. For what? karena untuk menggapai hal-hal yang belum kita capai, maka kita harus berani tampil berbeda dari yang lain, seperti sistem yang diterapkan oleh yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Taman Sari Paka'an Dejeh Galis Bangkalan. Pondok pesantren ini tercatat merupakan pondok pesantren pertama kali dan satu-satunya di kecamatan Galis yang menerapkan sekolah madrasah masuk pagi sejak tahun 80-an. 

Namun, perjuangan hidup menggapai cita-cita itu seperti roaller coaster kadang kita dibawah dan kadang kita diatas, tidak akan semulus seperti apa yang kita harapkan. Seperti upaya yang dilakukan oleh Dr. KH. Mahrus Ali selaku pengasuh pondok pesantren Raudlatul Ulum dalam menerapkan sistem madrasah masuk pagi tidak serta-merta diterima. Banyak aral dan rintangan yang beliau hadapi pada waktu itu, salah satunya dalam bidang perizinan seperti sulitnya mendapatkan perizinan dari anggota MUSPIKA (Musyawarah Pimpinan Kecamatan) dikarenakan sistem itu tidak terbiasa diterapkan. Kendati demikian, beliau tidak pupus harapan dan patah semangat, beliau tetap bersikeras untuk mewujudkan cita-citanya, hingga akhirnya apa yang diusahakan lambat laun berbuah hasil, sedangkan tanggapan masyarakat sangat rensponsif dengan adanya sistem tersebut, karena pada saat itu madrasah Raudlatul Ulum ini sudah mengkolaborasikan antara kurikulum Departemen Agama dengan kurikulum diniyah. Sehingga masyarakat bisa mengefesiensi waktu karena tidak usah sekolah SD melainkan cukup sekolah madrasah saja, karena ijasah dari madrasah tersebut sudah diakui oleh Kemenag (kementerian agama), sampai-sampai sekolah SD pada waktu itu sepi peminat dan hampir gulung tikar.


B. Kegiatan Pesantren

Pondok pesantren yang memiliki unit mulai dari MI, PAUD, TK, MTS, SMP, MA,dan LPQ, memiliki visi dan misi yaitu ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan bernegara sesuai dengan isi pokok UUD 1945 serta menjadikan para santri sebagai manusia yang menguasai IMTAQ (Iman dan taqwa) dan IPTEK (Ilmu pengetahuan teknologi dan komunikasi). Selain hal itu yayasan ini juga sangat menekankan akhlakul karimah di kehidupan sehari-hari.


Pesantren Raudlatul Ulum disini terdiri dari beberapa pembagian tempat, 

1. Pondok selatan (Ar-Raudlah)

2. Pondok tengah (Raudlatul ulum)

3. Pondok selatan (Miftahul ulum)

Memang terdiri dari beberapa pondok dan beberapa unit, namun tetap satu kesatuan, seperti misalnya ketika akhir tahun di adakan haflatul imtihan semua lembaga menjadi satu dan melaksanakannya secara bersama. 

Berbicara mengenai kegiatan PP Raudlatul Ulum, tidak jauh berbeda dengan pondok-pondok yang lain, seperti konsisten berjemaah sekalipun sholat Dhuha, pengajian kitab kuning setelah sholat ashar, dan membaca surat waqi'ah bersama dalam keadaan berdiri sebelum jam KBM sekolah formal dimulai. Kegiatan ini dilakukan oleh siswa MTS mulai dari kelas 1 sampai kelas 3 MA Raudlatul Ulum. Selain kegiatan-kegiatan diatas pondok Raudlatul Ulum ini memiliki ekstrakurikuler yang harus diikuti seperti pramuka, habsyian dan paduan suara yang saat ini masih dimentori oleh santri Pondok Pesantren Nurul Cholil. Tak hanya itu saja, selain adanya prasarana dan sarana yang memadai, serta banyaknya ekstrakurikuler. Pondok Pesantren ini juga unjuk gigi dalam bidang prestasi akademis dan non akademis seperti: juara lomba STQ,MQK, dan MTQ cabang tahfidz tingkat nasional. Meskipun PP Raudlatul Ulum ini lebih mengedepankan dan mendominasi doktrin agama daripada formal, namun MA yayasan ini juga pernah menjuarai lomba SAINS dan MTK tingkat provinsi. Namun dari prestasi itu semua tidak membuat tinggi hati para pengasuh, seperti halnya dari dawuh Nyai Hj Rumsyiah beliau berkata, "saya tidak terlalu membanggakan mereka yang berpotensi tinggi dalam kemampuan bakat dan pengetahuan mereka masing-masing, namun saya menginginkan ilmu mereka barokah dan manfaat terutama bagi diri mereka sendiri dan kepada orang lain" seperti itu hal yang selalu saya ingat dari nyai Hj Rumsyiah selaku pengasuh pondok pesantren Putri dan saya sebagai santrinya, dahulu ketika masih menyantri disana saya selalu mendengar beliau berkata "ilmu manfaat dunia sampai akhirat" biasanya beliau sering berpesan dipagi hari, setelah jamaah subuh selesai.


Ditulis oleh Lailatul Mudrika Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 





MADRASAH RAUDLATUL MUHIBBIN BRAGANG KLAMPIS

MADRASAH RAUDLATUL MUHIBBIN BRAGANG KLAMPIS

Gedung Madrasah

A. SEJARAH BERDIRI

Pembangunan Madrasah Raudlatul Muhibbin, Dirintis sejak tahun 1996 Dipimpin oleh Ustad Munawi dan Ustad Tohiruddin sebagai langkah awal persiapan pendidikan madrasah, yang dulunya hanya menempati rumah pengajarnya untuk ditempati santri belajar. Dan itu hanya ada beberapa santri yang sekolah dinaungan madrasah Raudlatul Muhibbin hanya dari daerah-daerah sekitar Madrasah.

Pada tahun 1997 dari kesepakatan masyarakat sekitar untuk mengajukan pembanngunan madrasah dan  mulailah ada kemajuan sedikit demi sedikit dari bayaran administrasi santri hingga bisa membangun lembaga atau madrasah yang selayaknuya santri menuntut ilmu, setelah dibangun madrasah, kepala madrasah mengangkat guru atau ustad tugas dari beberapa Pondok Pesantren seperti Ploso, Sidogiri, Bessuk dan santrinya pun lebih banyak dari sebelum-sebelumnya.S

etelah slesai berdirinya madrasah RAUDLATUL MUHIBBIN dengan tahap pertama, akhirnya madrasah diresmikan oleh ketua atau kepala sekolah yaitu Ust. Tohiruddin, dan Ust. Munawi sebagai pengawas madrasah. M

adrasah Raudlatul Muhibbin merupakan tempat dan wadah pendidikan serta pengkajian kitab-kitab salaf (fiqih). Disamping itu madrasah Raudlatul Muhibbin tetap berkenan untuk tetap mempelajari ilmu-ilmu agama salaf seperti ajaran sahabat-sahabat nabi.S

Santri tidak hanya dididik seoranng yang mengerti ilmu agama atau praktek ibadah secara benar tetapi jug mendapat tempaan kepemimpinan yang alami, kemandirian kesederhanaan, ketekunan, kebersamaan, dan kesetraan serta sikap lainnya ditanamkan secara tidak sadar.

B. Perkembangan Madrasah

Kemajuan zaman semakin bergulir, hingga tak kerap kritik tajampun muncul kepermukaan. Termasuk salah satunya adalah Madrasah Raudlatul Muhibbin yang berdiri sejak tahun 1996 dibawah pengasuh Ust. Tohiruddin kini telah bisa membangun tempat Ustad tugas yang diangkat dari pesatren luar.P

Pegasuh Madrasah Raudlatul Muhibbin terus prihatin dengan terus bertambahnya santri yang ingin menuntut ilmu di Madrasah Raudlatul Muhibbin hingga saat ini.

VISI, MISI  DAN TUJUAN MADRASAH RAUDLATUL MUHIBBIN

VISI

Terwujudnya Insan Yang  Beriman Bertaqwa  Dan Berakhlaqul Karimah Serta Mempunyai Pendiri Yang Kuat,Crdas Dan Berkualitas.

MISI

Membentuk generasi muda islam yang beriman kuat dan kokoh memegang tuguh iman serta islam serta bertaqwa kepada Allah SWT, Serta beakhlaq mulia dan dapat menjadi contoh yang baik dalam hidup bersama dan orang lain. 

Melaksanakan pendidikan yang berorientasi pada ilmu agama sebagai bekal hidup didunia dan akhirat sehingga terwujud patriot islam yang cerdas dan berkualitas.

TUJUAN

Mengembangkan iklim belajar yangg kondusif, berakar pada Al-qur’andan sunnah Rosulullah SAW.

Menyiapkan generasi muda yang dimiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar keahlian,keagamaan dan kejujuran.

Mewujudkan pelayanan dalam upaya memaksimalkan pemberdayaan sumber daya manusia islam.

Mencetak tamatan agar mampu dan memiliki kemapuan yang profesiaonal dan berwawasan masa depan yang bberahklaqul karimah.

C. BIOGRAFI PENDIRI

Nama                  : Munawi Al-bazry

Alamat                : Bragang-klampis

Lahir                   : Bangkalan, 17 mei 1956

Pendidikan        : SDN Bragang 02,Tahun 1974

Pesantren.         : Manonggal klampis ( PP. AN-NUR). Tahun976 Alumni PP. AN-NUR


Nama         :Mohammad Tohiruddin

Alamat       : Bragang-Klampis

Lahir          : Bangkalan,06 Desember 1975

Pendidikan  : SDN Bragang 02,MTSN Bangkalan Tahun 1989 mondok Di Bangkalan (ANNAFI’IYAH) Tahun 1995 pindah ke PP. Sidogiri. Tahun 1997 menjadi alumni PP. Sidogiri

Pengalaman organisasi         : IPNU 

Pengurus Pondok sidogiri selama 3 tahun.


Ditulis oleh Misbahatut Toyyibah Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 

Madrasah Diniyah Al-Ikhlasiyah Baeler Lombang Dajah Blega

Madrasah Diniyah Al-Ikhlasiyah Baeler Lombang Dajah Blega

Papan Nama Madrasah Al-Ikhlasiyah

A. Sejarah Berdiri

Awal berdirinya Madrasah Al Ikhlasiyah Baeler, Lombang dajah, Blega, Bangkalan, bermula pada saat lima orang santri yang belajar pada Agus Ali Muda’i yang pada saat itu pulang liburan pesantren karena beliau belum resmi boyong dari pesantren, sering kali beliau dipanggil oleh pihak pondok karena diperlukan bantuannya dalam mengurus pondok. Tambah lama jumlah santri yang mengaji pada beliau tambah banyak, sehingga beliau di beri restu oleh guru ngajinya yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al Khoiriyah Paterongan untuk terus mengajar.

Pada saat itu tempat kegiatan belajar mengajar belum berupa sekolah tetapi berupa langgar dikediaman beliau. Saat itu langgar beliau masih berupa langgar tempo dulu  yang dindingnya terbuat dari kayu triplek, dan karena belum mempunyai papan tulis maka dinding tersebutlah yang difungsikan sebagi papan tulis dalam kegiatan belajar mengajar. Hingga kemudian dinding tersebut belubang dan pindah ke dinding di sisi satunya dan akhirnya berlubang juga.

Kemudian lama ke lamaan seiring bertambahnya jumlah santri, maka tempat belajar dibagi menjadi tiga tempat, ada yang di langgar, di teras rumah, bahkan numpang di langgar milik bibik beliau. Dengan terus bertambahnya santri dan seringnya beliau di panggil ke pondok pesantren Assirojiyah maka diperlukan tenaga mengajar yang dapat membantu beliau. Maka guru ngaji beliau yakni Kiai Ali Paterongan menugaskan beberapa santrinya untuk membantu Agus Ali mengajar.

Ketika itu proses belajar mengajar menginjak satu tahun lamanya, sepakatlah para sesepuh masyarakat berencana untuk membagun madrasah agar kegiatan belajar lebih maksimal. H. Ali Raudhan yang merupakan paman beliau meminta doa para santri agar rencana tersebut bisa secepatnya terlialisasikan.

Rencana tersebut juga di ajukan kepada kiai Ali Paterongan, Kiai Rasyid Paterongan, dan Al Muallim Kiai Busyiri Nawawi Kajuk Sampang untuk meminta restu beliau bertiga. Kiai Rasyid merestui rencana tersebut, begitu juga dengan Kiai lainnya. Bahkan Kiai Ali memberikan tanah kapurnya yang ingin di bangun untuk pembangunan pesantren, agar dibuat pembangunan madrasah. Dan Al Muallim menyarankan agar pembangunan diletakkan disebelah utara jalan raya.

Kemudian H. Ali Raudhan mewakafkan tanahnya sebagai tempat pembangunan madrasah dan para masyarakat sepakat bergotong royong untuk membantu proses pembangunan. Sebagian masyarakat ada yang menyumabang kayu, pasir, batu dan sebagainya. Pada saat itu terbangunlah madrasah tersebut dengan banyak empat ruangan.

Pada saat proses pembangunan belum selesai H. Ali Raudhan dipanggil oleh sang Khalik. Terdapat segelintir masyarakat yang tidak senang akan adanya madrasah tersebut, maka banyak cercaan, hinaan, bahkan hujatan bahwa madrasah tersebut tidak akan berdiri. Akan tetapi tekat yang kuat dari sesepuh masyarakat seperti: Al mukarrom Naim Madani, H. Karim, bapak Surah dan yang lainnya tetap terus melanjutkan pembangunan tersebut sampai selesai. Dan setelah selesainya pembangunan maka Agus Ali Muda’i izin boyong dari Assirojiyah kepada Al Muallim dan meminta restu dan doa beliau agar selalu istiqomah dalam mengajar.

Maka pada tahun 1992 M, di resmikanlah madrasah tersebut dengan nama Al Ikhlasiyah sebuah nama yang di berikan oleh Kiai Ali sebagai pertanda bahwa guru yang mengajar di madrasah tersebut Insya Allah benar-benar ikhlas meski tidak pernah di gaji sepeserpun.

B. Biografi Pengasuh (Agus Ali Muda’i)

Ali muda’i lahir di Bangkalan 1953 M, beliau adalah pengasuh Madrash Diniyah Al-Ikhlasiyah, Baeler, Lombang Dajah, Blega, Bangkalan, Jawa Timur. Ia dibesarkan dan diasuh oleh kedua orang tuanya, bapak Muda’I dan ibu Jamina. Agus Ali sapaan akrabnya, yang mana sapaan itu dinisbatkan bagi santri Assirojiyah yang menjalankan tugas dipondok. Oleh kakak sepupunya, Moh. Ruji menyarankan supaya beliau melanjutkan studinya ke Pondok Pesantren Assirojiyah Kajuk Sampang. Kemudian pada tahun 1969 M orang tuanya menyetujui saran tersebut dan mohn doa restu kepada guru ngajinya yang tak lain adalah pengasuh Pondok Pesantren Al Khoiriyah Paterongan.

Namun guru ngajinya menyarankan bahwa beliau jangan diniatkan mondok, main saja ke Kajuk. “Jangan mondok dulu, niat main dulu ke Kajuk, kalau kerasan terus mondok” ucap beliau menirukan pesan gurunya ngajinya.

Ketika masuk pesantren PP Assirojiyah, beliau merasa nyaman dan betah di pondok hingga tahun 1992 M. Selama dipesantren, beberapa jabatan penting pernah ia pegang, seperti menjadi Kepala Ketertiban dan Keamanan (TIBKAM) tanpa wakil yang dipilih langsung oleh Al Muallim, Ketua Daerah, Ketua Biro Pendidikan dan Wakil Ketua Umum Pesantren. Namun waktu itu oleh para santri, Gus Ali lebih dikenal sebagi keamanan Pesantren.

Pada tahun 1992 M, beliau pamit boyong kepada Al Muallim. Ketika boyong beliau langsung mempersunting perempuan yang kelak menjadi pasangan hidupnya yang bernama Salimah, beliau dikaruniai empat putri dan satu putra.

Sehari-harinya beliau disibukkan mengajar Al Quran setiap ba’da maghrib dan madrasah Al Iklasiyah setiap ba’da dzuhur. Ada pesan yang hingga kini tetap ia ingat dari pesan Al Muallim. “Ingat! apa yang dikerjakan selama di pondok jangan dihilangkan”, pungkasnya menirukan pesan Al Muallim.

Ditulis oleh Siti Aminatul Jannah Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 

PONDOK PESANTREN AL-FALAH AS-SALAFI AL-KHOLILI KEPANG BANGKALAN

PONDOK PESANTREN AL-FALAH AS-SALAFI AL-KHOLILI KEPANG BANGKALAN

A. SEJARAH BERDIRI

Pondok pesantren al-falah as-salafi al-khalili ini di dirikan oleh rintisan seorang santri sekaligus menantu dari KH Syaikhona kholil bangkalan yaitu KH Yasin bin KH Ya’kub dari kecamatan konang bangkalan- madura pada tahun 1938 M. Dimana, pondok ini lebih tersohor dengan nama Pondok Pesantren Kepang dan beliau menikah dengan nyai asma putri dari Syaikhona Kholil.

KH Yasin adalah seseorang yang di kenal dengan pemuda yang alim, sederhana, patuh kepada orang tua dan sangat tekun dalam menjalankan ajaran agama islam. Yang mana, sebelum  menjadi menantu dari Syaikhona kholil beliau pernah bermimpi dalam tidurnya itu beliau di datangi oleh seseorang yang berjubah putih dan berpesan bahwa sudah waktunya beliau kembali ke tanah kelahirannya untuk membangun pesantren dan mengamalkannya serta menyuruhnya untuk mencari kampung kepang untuk di jadikannya sebagai rumah atau tempat tinggalnya.

Dimana, pada saat itu beliau sudah bertahun-tahun menimba ilmu agama mulai dari pondok pesantren di pulau jawa hingga pesisir Arab saudi dan juga tinggal di mekkah untuk menimba ilmu agama serta meningkatkan ibadahnya. Akhir cerita beliau pun pulang ke tanah kelahirannya yakni ke kabupaten bangkalan dan menanyakannya kepada sesepuh dan tokoh masyarakat di bangkalan untuk mengetahui keberadaan kampung kepang. Selama pencariannya beliau juga menimba ilmu agama di pondok pesantren demangan yang pada saat  itu di pimpin oleh Syaikhona kholil dan karena berkat dan kecerdasannya kepada kyai akhirnya beliau pun di persunting dengan putri bungsunya yaitu nyai asma.

Selain itu,  Syaikhona kholil juga memberikan sebidang tanah luas kepada beliau dan menerimanya dengan senang hati karena beliau merasa bahwa itu adalah sebuah petunjuk dari pencariannya selama ini dalam mengetahui keberadaan kampung kepang. Dimana, tanah tersebut adalah hadiah atau pemberian dari seorang raja bangkalan untuk  Syaikhona kholil karena berkat karomahnya dalam membantu raja dalam mengusir awan mendung yang hanya dengan memapangkan selembar kertas di depan keraton kerajaan yang isinya yaitu : Pala’eh raja rajah (kemaluan raja besar) walaupun sebelum di papangkan histeris raja sempat marah namun penasehat kerajaan meredamnya kemarahannya.

Seketika itu pula, awan yang awalnya mendung pun menjadi cerah yang mana sebelum itu, raja sedang mengadakan pesta rakyat selama 7 hari 7 malam sehingga raja mengadakan sayembara untuk mengatasi masalah tersebut dan memberikan hadiah sebagai balasannya akhirnya, tidak ada yang sanggup melakukannya selain Syaikhona Kholil.

Dimana, hadiah yang diberikan raja terhadap Syaikhona kholil itu di berikan kepada menantunya yaitu KH Yasin yang mana, tanah tersebut terletak di sebelah timur selatan alun-alun Bangkalan saat ini (dahulu masih merupakan hutan belantara). Tanpa pikir panjang Mohammad Yasin pergi ke tempat tanah tersebut, namun kenyataannya tidak seperti yang ia dibayangkan, tanah tersebut pada saat  itu sangat angker, pohon-pohon besar menjulang tinggi, binatang liar berkeliaran seperti babi, ular dan lain-lain, serta tidak ditemukan satu pun kampung di sekitarnya.

Dengan sabar dan tekun, Mohammad Yasin mulai membersihkan hutan belantara tersebut hingga akhirnya berdirilah sebuah bangunan sederhana yang layak untuk dihuni. Hingga akhirnya lama-kelamaan hutan belantara tersebut menjadi sebuah kampung yang di beri nama Kampung Kepang. Meneruskan perintah dari Syaichona Kholil, Muhammad Yasin pun mendirikan sebuah pondok pesantren yang ia beri nama Pondok Pesantren Al-Falah As-Salafi Al-Kholili (Pondok Kepang).

KH Yasin dan  istri pun hijrah ke daerah Kepang, Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan. Saat itu, Kepang masih terdiri dari rawa-rawa, dan hutan. Beliau menghidupkan tanah yang mati  dan menutup salah satu sumber air. 

Konon katanya, hanya KH Yasin yang mampu menutup sumber air tersebut. Kejadian ini berlangsung pada 1934 M. Pada tahun ini, juga lahir putri keempat beliau, yang diberi nama Badiyah Yasin (Hutan Belantara) sebagai tanda atas perjuangan KH Yasin dalam mendirikan kepang dengan menaklukkan hutan belantara.

Berkat ketelatenannya beliau pun akhirnya menghasilkan uang dalam menanam dengan tanaman  yang mana beliau gemar menanam dan membuat taman serti menanam kelapa, kedongdong, mangga, dan salak serta tak lupa beliau mendatangkan tenaga ahli untuk mengelola perkebunannya dengan baik di antaranya:mulai dari dari malang, situbondo, jember dan lainnya. Selain itu beliau juga memelihara ribuan unggas yaitu bebek, ayam dan angsa.

Perlu di ketahui, kepang memiliki aliran sungai yang mendukung untuk kehidupan hewan-hewan tersebut. Hewan-hewan tersebut juga memiliki peluang yang besar untuk pesantren. KH Yasin pun mampu menangkap peluang bagus walaupun begitu, KH Yasin tak melupakan kewajiban utamanya, yakni sebagai seorang pimpinan pesantren. 

Beliau dengan baik mengamalkan dawuh guru sekaligus mertuanya yakni syaikhona cholil, yaitu : “kennengngah kennengngih, lakonah lakonih”. yang dalam bahasa indonesia bermakna, “ Tempatnya tempati, pekerjaannya kerjakan”. Maka dari itu, beliau mengutus beberapa orang untuk mengelola tanah mati milik beliau untuk kemudian di sulap menjadi ladang bisnis tanpa terjun langsung sembari menjadi pemantau.

Dengan ekonomi yang mapan maka tak menjadikan KH Yasin sosok yang glamour. Beliau tetaplah sosok yang sederhana selama hidupnya dan beliau sangat suka mengkonsumsi ikan-ikan sungai di kepang yang beliau tangkap sendiri. Biasanya, beliau menyuruh putrinya untuk di jadikannya ikan asin yang mana tamu-tamu juga sering di suguhi ikan tersebut.

B. BIOGRAFI PENDIRI

KH. Muhammad Yasin bin Ya’qub berasal dari desa Gelugur kecamatan konang kabupaten bangklan putra dari KH. Ya’kub .  Beliau adalah salah satu dari  menantu Mbah Kholil Bangkalan –selain KH. Muntaha- pendiri Ponpes al-Falah as-Salafi al-Kholili atau yang lebih dikenal dengan Ponpes Kepang. 

Beliau adalah suami dari Nyai. Hj. Asma binti KH. Kholil Bangkalan.Dulu saya sempat bertanya-tanya, dari sekian banyak murid-murid Mbah Kholil yang ‘keramat-keramat’ itu mengapa Mbah Yasin yang diambil menantu? padahal namanya kalah populer dibandingkan santri-santri Syaikhona Kholil lainnya. Setelah bertanya sana-sini, bisa saya simpulkan bahwa Mbah Kholil menjadikan beliau menantu karena 2 hal:

Pertama, faktor nasab. KH.Yasin adalah keturunan ke-9 dari Sunan Giri sebagaimana Mbah Kholil juga tercatat sebagai keturunan ke-8 dari Sunan Gunung Jati. Kedua, faktor adab. KH. Yasin dikenal sebagai sosok yang sangat patuh dan ta’dzim kepada Sang Guru. Sifat itu ia tunjukkan bahkan setelah ia menjadi menantu dari Mbah Kholil. 

Beliau sangat sopan terhadap Nyai Asma, layaknya sikap ta’dzim seorang santri kepada Ning-nya. Sampai akhir hayatnya KH. Yasin bahkan memanggil istrinya itu dengan panggilan “Nyai”. Uniknya, setiap beliau menaiki becak lalu bertemu Nyai Asma di pinggir jalan, beliau akan segera turun dari atas becak sebagai bentuk penghormatan kepada putri Kiai-nya itu.

Padahal beliau sudah puluhan tahun menjadi suami Nyai Asma. Mungkin prinsip beliau adalah,“Meski ia adalah istriku, tapi ia tetaplah putri Mbah Kholil Kiaiku. Dan sampai mati aku tetaplah santri Mbah Kholil.”Jadi teringat apa yang sering diucapkan Mbah Abdul Karim Lirboyo kepada santri-santrinya sebelum beliau wafat, “Dongakno aku mati diakoni santrine Kiai Kholil (doakan semoga aku mati diakui sebagai santrinya Kiai Kholil).

Ditulis oleh Risa Fadatul Jannah Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Prodi PAI Semester II Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren. 

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Tim Malkovic
CEO
David Bell
Creative Designer
Eve Stinger
Sales Manager
Will Peters
Developer

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.