PONDOK PESANTREN AL-FALAH AS-SALAFI AL-KHOLILI KEPANG BANGKALAN
A. SEJARAH BERDIRI
Pondok pesantren al-falah as-salafi al-khalili ini di dirikan oleh rintisan seorang santri sekaligus menantu dari KH Syaikhona kholil bangkalan yaitu KH Yasin bin KH Ya’kub dari kecamatan konang bangkalan- madura pada tahun 1938 M. Dimana, pondok ini lebih tersohor dengan nama Pondok Pesantren Kepang dan beliau menikah dengan nyai asma putri dari Syaikhona Kholil.
KH Yasin adalah seseorang yang di kenal dengan pemuda yang alim, sederhana, patuh kepada orang tua dan sangat tekun dalam menjalankan ajaran agama islam. Yang mana, sebelum menjadi menantu dari Syaikhona kholil beliau pernah bermimpi dalam tidurnya itu beliau di datangi oleh seseorang yang berjubah putih dan berpesan bahwa sudah waktunya beliau kembali ke tanah kelahirannya untuk membangun pesantren dan mengamalkannya serta menyuruhnya untuk mencari kampung kepang untuk di jadikannya sebagai rumah atau tempat tinggalnya.
Dimana, pada saat itu beliau sudah bertahun-tahun menimba ilmu agama mulai dari pondok pesantren di pulau jawa hingga pesisir Arab saudi dan juga tinggal di mekkah untuk menimba ilmu agama serta meningkatkan ibadahnya. Akhir cerita beliau pun pulang ke tanah kelahirannya yakni ke kabupaten bangkalan dan menanyakannya kepada sesepuh dan tokoh masyarakat di bangkalan untuk mengetahui keberadaan kampung kepang. Selama pencariannya beliau juga menimba ilmu agama di pondok pesantren demangan yang pada saat itu di pimpin oleh Syaikhona kholil dan karena berkat dan kecerdasannya kepada kyai akhirnya beliau pun di persunting dengan putri bungsunya yaitu nyai asma.
Selain itu, Syaikhona kholil juga memberikan sebidang tanah luas kepada beliau dan menerimanya dengan senang hati karena beliau merasa bahwa itu adalah sebuah petunjuk dari pencariannya selama ini dalam mengetahui keberadaan kampung kepang. Dimana, tanah tersebut adalah hadiah atau pemberian dari seorang raja bangkalan untuk Syaikhona kholil karena berkat karomahnya dalam membantu raja dalam mengusir awan mendung yang hanya dengan memapangkan selembar kertas di depan keraton kerajaan yang isinya yaitu : Pala’eh raja rajah (kemaluan raja besar) walaupun sebelum di papangkan histeris raja sempat marah namun penasehat kerajaan meredamnya kemarahannya.
Seketika itu pula, awan yang awalnya mendung pun menjadi cerah yang mana sebelum itu, raja sedang mengadakan pesta rakyat selama 7 hari 7 malam sehingga raja mengadakan sayembara untuk mengatasi masalah tersebut dan memberikan hadiah sebagai balasannya akhirnya, tidak ada yang sanggup melakukannya selain Syaikhona Kholil.
Dimana, hadiah yang diberikan raja terhadap Syaikhona kholil itu di berikan kepada menantunya yaitu KH Yasin yang mana, tanah tersebut terletak di sebelah timur selatan alun-alun Bangkalan saat ini (dahulu masih merupakan hutan belantara). Tanpa pikir panjang Mohammad Yasin pergi ke tempat tanah tersebut, namun kenyataannya tidak seperti yang ia dibayangkan, tanah tersebut pada saat itu sangat angker, pohon-pohon besar menjulang tinggi, binatang liar berkeliaran seperti babi, ular dan lain-lain, serta tidak ditemukan satu pun kampung di sekitarnya.
Dengan sabar dan tekun, Mohammad Yasin mulai membersihkan hutan belantara tersebut hingga akhirnya berdirilah sebuah bangunan sederhana yang layak untuk dihuni. Hingga akhirnya lama-kelamaan hutan belantara tersebut menjadi sebuah kampung yang di beri nama Kampung Kepang. Meneruskan perintah dari Syaichona Kholil, Muhammad Yasin pun mendirikan sebuah pondok pesantren yang ia beri nama Pondok Pesantren Al-Falah As-Salafi Al-Kholili (Pondok Kepang).
KH Yasin dan istri pun hijrah ke daerah Kepang, Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan. Saat itu, Kepang masih terdiri dari rawa-rawa, dan hutan. Beliau menghidupkan tanah yang mati dan menutup salah satu sumber air.
Konon katanya, hanya KH Yasin yang mampu menutup sumber air tersebut. Kejadian ini berlangsung pada 1934 M. Pada tahun ini, juga lahir putri keempat beliau, yang diberi nama Badiyah Yasin (Hutan Belantara) sebagai tanda atas perjuangan KH Yasin dalam mendirikan kepang dengan menaklukkan hutan belantara.
Berkat ketelatenannya beliau pun akhirnya menghasilkan uang dalam menanam dengan tanaman yang mana beliau gemar menanam dan membuat taman serti menanam kelapa, kedongdong, mangga, dan salak serta tak lupa beliau mendatangkan tenaga ahli untuk mengelola perkebunannya dengan baik di antaranya:mulai dari dari malang, situbondo, jember dan lainnya. Selain itu beliau juga memelihara ribuan unggas yaitu bebek, ayam dan angsa.
Perlu di ketahui, kepang memiliki aliran sungai yang mendukung untuk kehidupan hewan-hewan tersebut. Hewan-hewan tersebut juga memiliki peluang yang besar untuk pesantren. KH Yasin pun mampu menangkap peluang bagus walaupun begitu, KH Yasin tak melupakan kewajiban utamanya, yakni sebagai seorang pimpinan pesantren.
Beliau dengan baik mengamalkan dawuh guru sekaligus mertuanya yakni syaikhona cholil, yaitu : “kennengngah kennengngih, lakonah lakonih”. yang dalam bahasa indonesia bermakna, “ Tempatnya tempati, pekerjaannya kerjakan”. Maka dari itu, beliau mengutus beberapa orang untuk mengelola tanah mati milik beliau untuk kemudian di sulap menjadi ladang bisnis tanpa terjun langsung sembari menjadi pemantau.
Dengan ekonomi yang mapan maka tak menjadikan KH Yasin sosok yang glamour. Beliau tetaplah sosok yang sederhana selama hidupnya dan beliau sangat suka mengkonsumsi ikan-ikan sungai di kepang yang beliau tangkap sendiri. Biasanya, beliau menyuruh putrinya untuk di jadikannya ikan asin yang mana tamu-tamu juga sering di suguhi ikan tersebut.
B. BIOGRAFI PENDIRI
KH. Muhammad Yasin bin Ya’qub berasal dari desa Gelugur kecamatan konang kabupaten bangklan putra dari KH. Ya’kub . Beliau adalah salah satu dari menantu Mbah Kholil Bangkalan –selain KH. Muntaha- pendiri Ponpes al-Falah as-Salafi al-Kholili atau yang lebih dikenal dengan Ponpes Kepang.
Beliau adalah suami dari Nyai. Hj. Asma binti KH. Kholil Bangkalan.Dulu saya sempat bertanya-tanya, dari sekian banyak murid-murid Mbah Kholil yang ‘keramat-keramat’ itu mengapa Mbah Yasin yang diambil menantu? padahal namanya kalah populer dibandingkan santri-santri Syaikhona Kholil lainnya. Setelah bertanya sana-sini, bisa saya simpulkan bahwa Mbah Kholil menjadikan beliau menantu karena 2 hal:
Pertama, faktor nasab. KH.Yasin adalah keturunan ke-9 dari Sunan Giri sebagaimana Mbah Kholil juga tercatat sebagai keturunan ke-8 dari Sunan Gunung Jati. Kedua, faktor adab. KH. Yasin dikenal sebagai sosok yang sangat patuh dan ta’dzim kepada Sang Guru. Sifat itu ia tunjukkan bahkan setelah ia menjadi menantu dari Mbah Kholil.
Beliau sangat sopan terhadap Nyai Asma, layaknya sikap ta’dzim seorang santri kepada Ning-nya. Sampai akhir hayatnya KH. Yasin bahkan memanggil istrinya itu dengan panggilan “Nyai”. Uniknya, setiap beliau menaiki becak lalu bertemu Nyai Asma di pinggir jalan, beliau akan segera turun dari atas becak sebagai bentuk penghormatan kepada putri Kiai-nya itu.
Padahal beliau sudah puluhan tahun menjadi suami Nyai Asma. Mungkin prinsip beliau adalah,“Meski ia adalah istriku, tapi ia tetaplah putri Mbah Kholil Kiaiku. Dan sampai mati aku tetaplah santri Mbah Kholil.”Jadi teringat apa yang sering diucapkan Mbah Abdul Karim Lirboyo kepada santri-santrinya sebelum beliau wafat, “Dongakno aku mati diakoni santrine Kiai Kholil (doakan semoga aku mati diakui sebagai santrinya Kiai Kholil).
Ditulis oleh Risa Fadatul Jannah Mahasiswi STIT Al-Ibrohimy Bangkalan memenuhi tugas UAS Prodi PAI Semester II Mata Kuliah Aswaja dan Studi Pesantren.